Kamis, 22 Oktober 2009

Mengelola Pembibitan Tembakau Sistem Nampan

SitusHijau
Media Pertanian Online Anda
Mengelola Pembibitan Tembakau Sistem Nampan Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) pertama kali masuk Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke berbagai daerah di Indonesia.



Bagi masyarakat Temanggung, Jawa Tengah, tembakau merupakan komoditas yang diandalkan untuk mengangkat kesejahteraan mereka. Pada saat harga tinggi, para petani berpesta, tetapi harga anjlok atau tanaman tembakau diserang penyakit merupakan saat-saat yang memprihatinkan. Keberhasilan dalam mengelola usaha tani tembakau sebenarnya sangat bergantung pada varietas tembakau itu sendiri.


Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) pertama kali masuk Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya di lereng timur dan utara Gunung Sumbing dan Sindoro di Kabupaten Temanggung.

Melalui proses adaptasi yang cukup lama, akhirnya terbentuk populasi tembakau Temanggung yang mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang khas.

Menurut peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) Malang, Fatkhur Rochman dan Suwarso, sejak berkembangnya produksi rokok keretek di Indonesia, tembakau temanggung merupakan salah satu tipe tembakau yang sangat dibutuhkan oleh pabrik sebagai bahan baku utama pembuatan rokok, dengan komposisi sekitar 14-26 persen.

Kebutuhan rajangan tembakau temanggung sampai saat ini masih belum terpenuhi, rata-rata kekurangan 3.216 ton per tahun. Kekurangan tembakau ini sebagian dipenuhi dengan tembakau dari luar Temanggung, terutama dari Magelang dan Wonosobo. Usaha tani tembakau Temanggung menyumbang 70-80 persen terhadap total pendapatan petani.

Dengan demikian, potensi budi daya tembakau sebenarnya sangat besar. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam usaha tani komoditas ini adalah pembibitan. Pembibitan yang bermutu merupakan salah satu kunci awal untuk keberhasilan usaha tani tembakau. Penggunaan bibit yang sehat dan seragam akan menjamin pertumbuhan tanaman di lapang, memudahkan pemeliharaan tanaman, memudahkan pelaksanaan panen, meningkatkan hasil dan mutu tembakau.

Untuk menghasilkan bibit yang bermutu Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian melalui Balittas yang ada di Jl Raya Karangploso Malang, telepon (0341) 491447, siap memberikan bantuan untuk memperoleh bibit yang bermutu melalui pengelolaan bibit yang intensif.

Menurut Edi Pulani, AS Murdiyati, dan Slamet Riyadi, ketiganya peneliti tanaman tembakau di Balittas, pembibitan dapat dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan sistem bedengan atau sistem nampan (tray). Sistem nampan memiliki beberapa keunggulan, antara lain pemeliharaan lebih mudah, frekuensi dan jumlah air untuk penyiraman lebih sedikit. Kemudian bibit tumbuh seragam dengan perakaran sempurna, saat bibit dicabut perakarannya utuh,dan tidak mengalami stagnasi setelah dipindahkan.

Selain itu, dengan cara ini bibit mudah ke lapang karena ukuran nampan relatif kecil. Bibit dapat dipindah ke lapang lebih cepat umur (35-40 hari) sedang bibit secara konvensional dapat dipindahkan ke lapang pada umur 40-45 hari. Dengan sistem ini, juga mampu menekan jumlah sulaman, natalis tanaman berkisar 95 hingga 99 persen, dan mendorong tanaman di lapang tumbuh seragam.


Analisis Biaya

Pembibitan tanaman tembakau dapat dilakukan di lapang dengan diberi atap plastik seperti bedengan konvensional. Sebelumnya, lokasi untuk pembibitan tanahnya diratakan, kemudian submedia pasir diletakkan di atas alas plastik yang diberi batas papan penyekat dengan lebar 110 cm dan panjang menyesuaikan kebutuhan. Tebal pasir 10 cm dengan arah memanjang utara-selatan.

Atap bedengan dari plastik dibuat melingkar setengah lingkaran dengan jari-jari tengah 70 cm, dan bagian bawah 20 cm dari permukaan tanah. Kemudian nampan diisi media yang telah disiapkan sampai setiap lubang penuh, kemudian disiram air dengan gembor sampai kapasitas lapang. Nampan dibenamkan di dalam submedia pasir sejajar dengan permukaan submedia pasir.

Untuk membuat lubang tanaman dilakukan dengan menggunakan lidi sedalam 2-3 cm. Setelah benih keluar calon akar berwarna putih, ditanam sebanyak satu dua benih per lubang, kemudian ditutup tanah.

Berdasarkan perhitungan, biaya pembibitan tembakau pada nampan untuk luas satu hektare adalah Rp 594.175, dengan jumlah bibit 25.000. Jumlah biaya per batang bibit adalah Rp 23,77, dan harga jualnya per batang adalah Rp 50 sehingga penerimaan dari penjualan untuk satu hektare lahan tanam adalah satu juta rupiah. Keuntungan yang diperoleh per hektarenya Rp 405.825.

Untuk memindahkan bibit dari nampan, harus dilakukan penyiraman terlebih dahulu sampai kapasitas lapang.

Nampan beserta bibitnya dapat diangkut ke lapang dan pencabutan bibit dilakukan bersamaan tanam agar media yang terikut akar tidak pecah dan bibit tidak mengalami stagnasi.

Sumber: SP



--------------------------------------------------------------------------------

Hit counter: 710
[Klik di sini] untuk kembali


--------------------------------------------------------------------------------
Cari
Interaktif
Forum Diskusi

Kolom
Halaman Depan
Hot News
Artikel Anda
Tips Anda
Cerita Anda
Tahukah Anda
Resep Masakan
Profil Perusahaan
Alamat
Sekilas InfoTek
Info Beasiswa
Kultur Jaringan
Asal Usil
Berita Foto
Jalan-jalan
Lebah dan Madu
About Us

Tanaman
Buah
Hias
Kehutanan & Industri
Obat
Pekarangan
Sayuran
Sukulen
Copyright © 2000 - 2008 SitusHijau.co.id. Design by Free CSS Templates, downloaded from Free Templates.


web statistics

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Cara copas biar lebih rapi :
    Select All, copy, paste di notepad.
    Edit. Hapus yang tidak perlu (misal:menu, submenu dll)
    Select All, copy, paste lagi di postingan.

    BalasHapus